Rabu, 28 September 2011

Dalam Hidupku Orang Tua dan Keluarga adalah Segalanya

Lega banget rasanya mencurahkan semua hati kita kepada orang tua, memang sanagat menyenangkan bercerita kepada orang tua, yang lebih banyak makan asam garam kehidupan. Dan aku bersyukur mempunyai orang tua yang sangat merespon dengan keadaan anak-anaknya, apapun yang aku ceritakan kepada mereka, mereka selalu menanggapinya, walaupun anak mereka dalam posisi benar atau salah, mereka selalu memberikan dampak dari setiap yang kita perbuat. Jika kita dalam posisi yang salah, mereka selalu menasehati aku untuk tidak salah langkah untuk kedua kalinya, jika posisiku benar, mereka hanya berkomentar "ya sudah, kamu kan sekarang tahu mana yang baik, mana yang buruk, mana positif dan mana negatif". Alhamdulillah banget mempunyai orang tua yang berpendidikan dan terdidik, jadi mereka tahu bagaimana cara mendidik, menasihati, orang tua itu tidak selalu menjadi orang tua, ada kalanya mereka menjadi teman yang tidak akan mungkin menjerumuskan anaknya ke sesuatu yang tidak baik, jadi menurutku orang tua itu segalanya, walaupun tidak aku pungkiri, aku pernah kesel ke orang tua, tapi aku menganggap itu semua This is a story in life.

ANALISIS KINERJA BANK MANDIRI SETELAH KONSOLIDASI DAN SEBAGAI BANK REKAPITALISASI

1. Pengertian Konsolidasi
Penggabungan dua perusahaan menjadi satu, dimana perusahaan yang me-merger mengambil/membeli semua assets dan liabilities perusahaan yang di-merger dengan begitu perusahaan yang me-merger memiliki paling tidak 50% saham dan perusahaan yang di-merger berhenti beroperasi dan pemegang sahamnya menerima sejumlah uang tunai atau saham di perusahaan yang baru (Brealey, Myers, & Marcus, 1999, p.598).

2. Pendahuluan
Krisis ekonomi yang melanda di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 mengakibatkan seluruh potensi-potensi ekonomi mengalami kemandegan dan diambang kebangkuratan. Salah satu sektor yang sangat mempengaruhi kegiatan sektor riil yaitu sektor jasa keuangan (perbankan) di Indonesia terpaksa ditutup atau dibekukan kegiatannya akibat ketidakmampuan bank tersebut dalam mengelola operasionalnya. Padahal, jumlah perbankan dengan berbagai kemudahan-kemudahan yang diberikan pemerintah banyak bermunculan dihampir setiap daerah.
Salah satu penyebab dibekukannya kegiatan operasio perbankan oleh pemerintah yaitu pinjaman luar negeri yang membengkak, lebih dari tiga kali lipat akibat nilai tukar rupiah terhadap dollar naik secara drastis. Selain itu , penyaluran kredit yang dilakukan oleh bank yang ditutup/dibekukan diberikan kepada industri terkait yang memiliki hubungan kepemilikan dengan bank tersebut. Penyaluran kredit yang berindikasi KKN tidak hanya dilakukan oleh perbankan swasta, tetapi bank pemerintah (BUMN) juga ikut melakukannya. Dalam kerangka penggabungan tersebut, akhir Februari 1998, pemerintah telah mengumumkan rencana restrukturisasi bank pemerintah dengan cara penggabungan. Adapun bank pemerintah yang akan digabung adalah:
(1) Bank Ekspor Impor (Bank Exim),
(2) Bank PembangunanIndonesia (Bapindo),
(3) Bank Bumi Daya (BBD), dan
(4) Bank Dagang Negara (BDN)
Secara resmi tanggal 2 Oktober 1998 penggabungan keempat bank pemerintah telah berganti nama menjadi Bank Mandiri. Sedangkan penggabungan seluruh laporan keuangan efektif dilakukan pada akhir Juli 1999 sekaligus mengurangi jumlah kantor cabang dan sumber daya manusia yang ada di empat bank tersebut. Dengan penggabungan keempat bank pemerintah tersebut diharapkan Bank Mandiri, pertama, industri perbankan Indonesia akan menjadi lebih kuat dan stabil apabila ditopang oleh bank-bank berskala besar. Kedua, intervensi pemerintah terhadap bank pemerintah semakin berkurang, apabila restrukturisasi perbankan berhasil maka besar kemungkinan Bank Mandiri akan diprivatisasi dengan tujuan memperkuat struktur permodalan, meningkatkan likuiditas dan pengembangan usaha. Ketiga, kinerja keuangan Bank Mandiri diharapkan semakin baik dibandingkan sebelum penggabungan. Keempat, semakin sehatnya Bank Mandiri, maka sektor riil yang membutuhkan jasa keuangan bank tersebut akan semakin baik dan secara makro perekonomian nasional semakin membaik di masa yang akan datang.

3. Permasalahan
Dengan kondisi ekonomi yang berfluktuatif (tidak pasti) jelas akan mempengaruhi kegiatan operasional Bank Mandiri dimasa mendatang, pemulihan aktiva dan kemampuan untuk menyelesaikan kewajibannya pada saat jatuh tempo. Disamping itu, rentannya kemampuan perusahaan yang melakukan pinjaman kepada Bank Mandiri mengalami risiko kemacetan. Hal ini tentunya akan mempengaruhi Bank Mandiri dalam portofolio pinjaman. Seperti yang telah diumumkan pemerintah, bahwa dalam rangka peningkatan struktur modal (rekapitalisasi) Bank Mandiri, pemerintah telah menerbitkan obligasi pemerintah sebesar Rp178 trilyun. Pertanyaan yang mendasar bagi stakeholder dan pemerintah khususnya Departemen Keuangan dan Kementrian BUMN adalah bagaimana kinerja Bank Mandiri sesudah merger, apakah lebih baik atau lebih buruk. Pertanyaan ini tidak dapat dijawab dengan mudah karena beberapa faktor penghambat yang telah dikemukakan di atas. Pertanyaan lain yang juga sulit dijawab adalah bagaimana dengan pengembalian obligasi pemerintah yang demikian besar, karena bunga atas obligasi tersebut menjadi salah satu pendapatan yang sangat besar bagi Bank Mandiri. Disisi lain, obligasi yang diberikan berbentuk “kertas” merupakan tanggungan pemerintah yang diperoleh dengan utang.

4. Sejarah penggabungan
Sejarah keempat Bank (BBD, BDN, Bank Exim, dan Bapindo) tersebut sebelum bergabung menjadi Bank Mandiri, dapat ditelusuri lebih dari 140 tahun yang lalu. Keempat bank nasional tersebut telah turut membentuk riwayat perkembangan dunia perbankan Indonesia, dan masing-masing telah memainkan peranan yang penting dalam pembangunan ekonomi di Indonesia.

5. JENIS GABUNGAN
1. Bank Dagang Negara merupakan salah satu bank tertua di Indonesia. Sebelumnya Bank Dagang Negara dikenal sebagai Nederlandsch Indische Escompto Maatschappij yang didirikan di Batavia (Jakarta) pada tahun 1857. Pada tahun 1949 namanya berubah menjadi Escomptobank NV. Selanjutnya, pada tahun 1960 Escomptobank dinasionalisasi dan berubah nama menjadi Bank Dagang Negara, sebuah Bank pemerintah yang membiayai sektor industri dan pertambangan.

2. Bank Bumi Daya didirikan melalui suatu proses panjang yang bermula dari nasionalisasi sebuah perusahaan Belanda De Nationale Handelsbank NV, menjadi Bank Umum Negara pada tahun 1959. Pada tahun 1964, Chartered Bank (sebelumnya adalah Bank milik Inggris) juga dinasionalisasi, dan Bank Umum Negara diberi hak untuk melanjutkan operasi Bank tersebut. Pada tahun 1965, bank umum negara digabungkan ke dalam Bank Negara Indonesia dan berganti nama menjadi Bank Negara Indonesia Unit IV beralih menjadi Bank Bumi Daya.

3. Bank Ekspor Impor Indonesia (Bank Exim) berawal dari perusahaan dagang Belanda N.V. Nederlansche Handels Maatschappij yang didirikan pada tahun 1842 dan mengembangkan kegiatannya di sektor perbankan pada tahun 1870. Pemerintah Indonesia menasionalisasi perusahaan ini pada tahun 1960, dan selanjutnya pada tahun 1965 perusahan ini digabung dengan Bank Negara Indonesia menjadi Bank Negara Indonesia Unit II. Pada tahun 1968 Bank Negara Indonesia Unit II dipecah menjadi dua unit, salah satunya adalah Bank Negara Indonesia Unit II Divisi Expor – Impor, yang akhirnya menjadi BankExim, bank Pemerintah yang membiayai kegiatan ekspor dan impor.

4. Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo) berawal dari Bank Industri Negara (BIN), sebuah Bank Industri yang didirikan pada tahun1951. Misi Bank Industri Negara adalah mendukung pengembangan sektor – sektor ekonomi tertentu, khususnya perkebunan, industri, dan pertambangan. Bapindo dibentuk sebagai bank milik negara pada tahun 1960 dan BIN kemudian digabung dengan Bank Bapindo. Pada tahun 1970, Bapindo ditugaskan untuk membantu pembangunan nasional melalui pembiayaan jangka menengah dan jangka panjang pada sektor manufaktur, transportasi dan pariwisata.

6. JENIS PENGGABUNGAN
[[Berkas:Logo bank mandiri.gif|150px|thumb|right|Logo lama Bank Mandiri (Juli 1999 - Januari 2008)]] Bank Mandiri dibentuk pada 2 Oktober 1998, dan empat bank asalnya efektif mulai beroperasi sebagai bank gabungan pada pertengahan tahun [[1999]]. Setelah selesainya proses merger, Bank Mandiri kemudian memulai proses konsolidasi, termasuk pengurangan cabang dan pegawai. Selanjutnya diikuti dengan peluncuran single brand di seluruh jaringan melalui iklan dan promosi.
Salah satu pencapaian penting adalah penggantian secara menyeluruh platform teknologi. Bank Mandiri mewarisi sembilan sistem perbankan dari keempat ‘’’legacy banks’’’. Setelah investasi awal untuk konsolidasi sistem yang berbeda tersebut, Bank Mandiri mulai melaksanakan program penggantian platform yang berlangsung selama tiga tahun, dimana program pengganti tersebut difokuskan untuk meningkatkan kemampuan penetrasi di segmen ‘’’retail banking’’’.

Pada saat ini, infrastruktur teknologi informasi Bank Mandiri sudah mampu melakukan pengembangan ‘’’e-channel’’’ & produk retail dengan ‘’’Time to Market’’’ yang lebih baik. Dalam proses penggabungan dan pengorganisasian ulang tersebut, jumlah cabang Bank Mandiri dikurangi sebanyak 194 buah dan karyawannya berkurang dari 26.600 menjadi 17.620. Direktur Utamanya yang pertama adalah [[Robby Djohan]]. Kemudian pada Mei 2000, posisi Djohan digantikan [[ECW Neloe]]. Neloe menjabat selama lima tahun, sebelum digantikan [[Agus Martowardojo]] sebagai Direktur Utama sejak Mei 2005. Neloe menghadapi dugaan keterlibatan pada kasus [[korupsi]] di bank tersebut.
Pada Maret 2005, Bank Mandiri mempunyai 829 cabang yang tersebar di sepanjang Indonesia dan enam cabang di luar negeri. Selain itu, Bank Mandiri mempunyai sekitar 2.500 [[ATM]] dan tiga anak perusahaan utama yaitu [[Bank Syariah Mandiri]], [[Mandiri Sekuritas]], dan [[AXA Mandiri]]. Nasabah Bank Mandiri yang terdiri dari berbagai segmen merupakan penggerak utama perekonomian Indonesia. Berdasarkan sektor usaha, nasabah Bank Mandiri bergerak dibidang usaha yang sangat beragam. Sebagai bagian dari upaya penerapan ‘’’prudential banking’’’ & ‘’’best-practices risk management’’’, Bank Mandiri telah melakukan berbagai perubahan. Salah satunya, persetujuan kredit dan pengawasan dilaksanakan dengan ‘’’four-eye principle’’’, dimana persetujuan kredit dipisahkan dari kegiatan pemasaran dan business unit. Sebagai bagian diversifikasi risiko dan pendapatan, Bank Mandiri juga berhasil mencetak kemajuan yang signifikan dalam melayani Usaha Kecil dan Menengah (UKM) dan nasabah ritel. Pada akhir 1999, porsi kredit kepada nasabah ‘’’corporate’’’ masih sebesar 87% dari total kredit, sementara pada 31 Desember 2009, porsi kredit kepada nasabah UKM dan mikro telah mencapai 42,22% dan porsi kredit kepada nasabah consumer sebesar 13,92%, sedangkan porsi kredit kepada nasabah ‘’’corporate’’’ mencakup 43,86% dari total kredit. Sesudah menyelesaikan program transformasi semenjak 2005 sampai dengan tahun 2009, Bank Mandiri sedang bersiap melaksanakan transformasi tahap berikutnya dengan merevitalisasi visi dan misi untuk menjadi Lembaga Keuangan Indonesia yang paling dikagumi dan selalu progresif.

Ada tiga pertimbangan penting didalamkonsolidasi keempat bank tersebut, yaitu:
1. Menghindari sanksi penutupan oleh BI karena diperkirakan bank tersebut kesulitan mencapai capital adequacy ratio (CAR) 8% di akhir tahun 2001.

2. Menghindari pengeluaran negara yang cukup besar untuk membayar para deposan apabila bank-bank tersebut ditutup oleh BI.

3. Mencegah terjadinya domino effect, bertambahnya jumlah pengangguran, dan aspek negatif lainnya apabila bank tersebut harus ditutup.

7. Merger Bagi Bank Sehat
Dalam kondisi intern perbankan maupun makro ekonomi, baik domestik maupun internasional, yang masih lesu seperti saat ini, langkah merger di tanah air tampaknya akan banyak terjadi pada bank yang kurang baik. Ketentuan CAR minimal 8% dari Bank for International Settlement (BIS) yang harus diterapkan oleh seluruh bank di Indonesia pada akhir tahun 2001 menjadi pemicu utama bank-bank yang tidak dapat memenuhi ketetentuan CAR untuk segera merger. Menurut seorang ekonom dari Australia National University (ANU) Ross McLeod, antara tujuan pemenuhan CAR dengan tujuan melakukan merger merupakan hal yang tidak saling berkaitan. Bank yang tidak dapat memenuhi CAR minimum seyogyanya tidak perlu dimerger. Apabila pemilik bank tidak sanggup lagi menyuntikkan modal, maka bank tersebut harus segera dijual, kalau perlu dengan negative bid. Dalam kondisi seperti itu, tujuan penjualan bank bukan lagi mencari keuntungan, namun lebih focus untuk menekan kerugian pemerintah seminimal mungkin. Bagi pembeli bank, kepada yang bersangkutan harus diberikan dua opsi, per ama, apakah pembelian bank tersebut bertujuan untuk meneruskan bisnis bank (going concern), atau untuk dilikuidasi (liquidiation value). Apabila pembelian bank tersebut untuk tujuan going concern, maka pembeli tersebut dalam waktu singkat (misalnya maksimum tiga bulan) wajib menyetorkan modal untuk memenuhi CAR minimum. Ditengah maraknya rencana merger terhadap bank yang tidak sehat, kita tampaknya perlu bank mengkaji peluang merger bagi bank yang sehat untuk mengantisipasi berbagai faktor di masa depan. Pada kurun waktu lima tahun mendatang, berbagai faktor global akan menyebabkan terjadinya pembentukan kembali industri perbankan nasional.

=== Slogan ===
1998-1999 : Cakrawala Perbankan Nasional
1999-2005 : Bank Terpercaya Pilihan Anda
2003 : Satu Hati, Satu Negeri, Satu Bank
2005-2008 : Melayani Dengan Hati, Menuju Yang Terbaik
2008-sekarang : Terdepan, Terpercaya, Tumbuh Bersama Anda

Senin, 26 September 2011

KONSOLIDASI YANG TERJADI PADA PERTELEVISIAN INDONESIA

Kini industri pertelevisian mengalami perkembangan pesat baik dari segi teknologi maupun bisnis. Selain makin banyak stasiun TV yang secara bertahap mulai menerapkan teknologi digital dalam operasionalnya, industri media TV juga ditandai dengan proses konsolidasi dan pengelompokkan stasiun-stasiun televisi.
Ada tiga kelompok besar yang sekarang sedang menggandrungi pertelevisian Indonesia, yaitu :
1. Dikomandani Hary Tanoesoedibjo, dengan payung PT. Media Nusantara Citra (PT. Bimantara Citra, Tbk), membawahi: RCTI (PT. Rajawali Citra Televisi Indonesia), TPI (PT. Cipta Televisi Pendidikan Indonesia) dan Global TV (PT. Global Informasi Bermutu).
2. Dikomandani Anindya N. Bakrie, dengan payung PT. Bakrie Brothers (Grup Bakrie), membawahi: ANTV (PT. Cakrawala Andalas Televisi) dan Lativi (PT. Lativi Media Karya).
3. Dikomandani Chairul Tanjung, dengan payung PT. Trans Corpora (Grup Para), membawahi: Trans TV (PT. Televisi Transformasi Indonesia) dan Trans-7 (PT. Duta Visual Nusantara Tivi Tujuh, semula dikenal sebagai TV7).

Pertama, pengelompokan ini jelas akan didukung oleh para biro iklan, karena biro-biro iklan ini tidak perlu lagi repot berurusan dengan satu-persatu stasiun TV, dalam membuat perencanaan periklanan. Dengan demikian, mereka akan bisa menawarkan paket penayangan iklan yang menarik dan lengkap kepada para pemasang iklan.
Kedua, dengan membentuk kelompok, media TV akan mampu melakukan efisiensi, optimalisasi sumberdaya, dan penghematan biaya modal dan operasional, yang sangat krusial artinya di tengah persaingan antar stasiun TV yang ketat saat ini. Kemitraan strategis antara Trans TV dan Trans-7, memungkinkan penghematan dalam biaya rekrutmen, penggunaan kontributor dan koresponden di daerah, pemanfaatan program-program yang sudah diakuisisi, serta efisiensi dan optimalisasi penggunaan studio, fasilitas, dan alat-alat siaran lain. Tukar-menukar program antar stasiun-stasiun TV yang sudah berkelompok dalam suatu kemitraan strategis juga memungkinkan maksimalisasi profit.
Ketiga, dengan membentuk kelompok yang kompak, kelompok industri TV akan memiliki bargaining position yang lebih baik dibandingkan stasiun TV yang berdiri sendiri, dalam berhadapan dan bernegosiasi dengan rumah-rumah produksi atau PH (production house).

Konsolidasi dan pengelompokan sejumlah besar stasiun TV bersiaran nasional ini merupakan proses, yang dipicu oleh pertimbangan hisnis. Hal serupa juga sudah lebih dulu terjadi di Amerika dan Eropa. Dalam 20 tahun terakhir, terjadi merger dan konsolidasi besar-besaran di industri media dunia.
Dalam buku The New Media Monopoly (2004) karya Ben Madigan, diungkapkan, kini tinggal lima perusahaan media besar yang menguasai seluruh pasar media global. Yaitu: News Corporation, AOL-Time Warner, Disney-ABC, Viacom-CBS, dan Sony-Columbia. Dan, asal tahu saja, News Corporation juga sudah masuk ke pasar Indonesia, dengan mengusai 20% saham ANTV.

Kamis, 22 September 2011

Cara Pandang Orang Berpendidikan, Terdidik, dan Tidak Berpendidikan itu Memanglah Berbeda

Amatlah sanagat berbeda orang berpendidikan, terdidik, dan tidak terdidik. Saat kata-kata itu keluar dari mulut orang tuaku, aku selalu menganggap itu hal sepele dan sama saja, tapi semenjak kuliah aku tahu maksud dari orang tuaku menyebutkan kata-kata tersebut. Itu semua terlihat dari cara bicara, berpakaian, tingkah laku, cara pandangan hidup dari si kategori tersebut. Orang tua yang berpendidikan, terdidik dan tidak terdidik pun berbeda cara mereka mendidik anak-anak mereka. Memang semua orang tua tidak ingin anaknya masuk dalam pergaulan yang salah.
Sangatlah menyenangkan apabila kita bisa berkomunikasi dengan orang-orang yang berpendidikan, seandainya harus ada yang dibicarakan, mereka menyampaikannya dengan cara yang logika, enak untuk dipikirkan dalam benak kita, tidak asal bicara kalau tidak ada ujungnya. Memang kenyataannya itu sulit untuk didapat, sekarang yang lebih banyak digunakan bukan pikiran tapi hanyalah otot dan pengaruh dari orang-orang yang tidak bertanggung jawab dengan ucapannya, sedangkan yang menerima kata-kata tersebut hanya menerima mentah tanpa dipikirkan terlebih dahulu. Kasihan mereka yang hanya mendengarkan kata-kata tersebut, mereka tidak akan tahu secara real dari penyampaian orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
Pendidikan itu amatlah sanagat penting, agar tidak mudah dipengaruhi, dibodoh-bodohi orang yang hanya ingin melihat anda hancur tak berdaya dengan tindakan mereka yang melakukan sesuatu tidak dengan akal sehat.

Rabu, 21 September 2011

The Importance of Spirit in Life

Hari pertama kuliah, ku mulai dengan semangat, tidak untuk semester ini saja, tapi untuk semester seterusnya. Aku tidak mau lagi buang kesempatan atau menyia-nyiakan waktu untuk masa depanku, aku harus lebih baik, aku tidak ingin serba ketergantungan orang tua, aku harus sukses, mandiri, untuk menjalani hidup ini, aku sadar susah payahnya orang tua menyekolahkanku, yaa...memang setiap anak tidak bisa membayar jirih payah orang tua dengan apapun, hanya bisa membahagiakan orang tua dengan kesuksesan yang kita raih. Yaa...Allah aku tak ingin membuat orang tuaku kecewa dengan kegagalanku yang tidak bisa membahagiakannya.
Alahamdulillah...IPK yang aku raih hingga semester 4 ini, meningkat walaupun tidak banyak, yang penting grafiknya selalu naik, Bismillah...untuk semester ini dan semester selanjutnya aku bisa mempertahankan atau meningkatkan kembali prestasiku. Amin...
Semangatku untuk meraih kesuksesan dari keluarga, terutama orang tua, aku bersyukur karena keluargaku demokrasi, mereka selalu memberikan masukkan yang akan menjadi pilihan dalam hidupku kelak, mereka selalu memberikan dampak-dampak setelah keputusan itu diambil.